Minggu, 05 April 2020

JANGAN BERHENTI BERMIMPI

        JANGAN BERHENTI BERMIMPI

Semua orang memiliki impian tapi tidak semua orang dapat menjadikannya kenyataan. Ada yang memiliki banyak impian tapi hanya berupa sebuah khayalan, ada yang tidak berani bermimpi namun menjadi orang yang sangat diimpikan setiap orang.

Dua pilihan dalam hidup ini " Melawan arus atau Mengikuti arus " , karena Tuhan tidak pernah memaksakan manusianya menjadi orang hebat " Cukup cintai Allah dan hidupmu akan bahagia ". Sangat menenangkan ambisi sekali jika membaca kalimat ini. Memang benar adanya, mencintai Allah lebih nikmat rasanya daripada mencintai dunia fana ini.

Dulu saat usiaku tujuh tahun aku ingin sekali menjadi seorang pramugari. Aku  membayangkan bagaimana rasanya memakai seragam pramugari yang terlihat cantik nan elegan, rambut yang disanggul rapi dengan topi khas pramugari, serta high heels sebagai alas kakinya.  Sungguh impian itu selalu membuatku tersenyum sendiri saat membayangkannya. 

Bukan hanya saat membayangkannya apapun jika menyangkut impianku itu,  aku selalu merasa seperti orang gila. Aku masih ingat ketika les di anak kepala dusunku. Waktu itu aku dites membaca olehnya, kebetulan sekali pada bab profesi jika tidak salah kuingat. " Profesi yang ada di udara misalnya, pilot, pramugari..." , aku cengengesan sendiri saat menyebut kalimat " Pramugari" .

" Ngapain Nda membaca sambil ketawa ", tegur Mbak ana, kakak guru lesku yang tak sengaja lewat saat aku membaca tadi.

" Hehehe nggak mbak gak papa " jawabku cengengesan.

" Mbak Mariya masih makan, sudah dibuka ta bukunya ? ", tanya mbak Ana dari balik pintu kamarnya.

" Lah ini tadi disuruh membaca dulu sama mbak Mariya " jawabku masih dengan ketawa ketiwi.

" Yasudah kamu lanjutkan " perintah mbak Ana sambil menutup rapat pintu kamarnya.

" Sudah apa belum Nda ", nah kali ini suara mbak Mariya yang bertanya .

" Belum mbak " jawabku tanpa menoleh. 

" Nanti langsung pulang ya setelah membaca, aku banyak tugas e " serunya pelan.

 " Yes. Oke. " jawabku semangat.

Setiap hari aku berangkat les  kira-kira pukul setengah lima" Jika tidak molor" , pulang tepat habis isya'. " Ini selalu tepat waktu ".

Diperjalanan pulang aku berjalan sambil goyang-goyangin gigiku yang hampir copot. Berhasil. Aku langsung lari kencang memanggil ibuku dan ibu langsung menyuruhku membuang gigi itu diatas genting. Katanya agar gigi yang copot bisa digantikan dengan giginya tikus. Yasudah aku mematuhi saja. 

" Kebiasaan itu telah ada sejak nenek moyangku mungkin ", pikirku karena aku tidak pernah bertanya . Hingga usiaku menginjak 8 tahun aku memiliki gigi yang berlebihan, jadinya tidak rapi, sangat berantakan. 

" Tikusnya terlalu semangat menyerahkan giginya padaku", gumamku pelan sambil mengaca. 

Akhirnya sejak saat itu aku memutuskan tidak ingin menjadi pramugari lagi, bukannya aku pesimis tapi karena kuatnya alasan, selain gigi yang tidak rapi akupun terkena cacar air yang memiliki bekas di tengah hidung akibatnya membentuk seperti sebuah lubang. 

Kata orang - orang tua pada waktu itu,

 " Pasti itu adalah ibunya cacar air ". 

"Eh enggak itu adiknya cacar air " , 

"Ngawur ini  digaruk sendiri sama Arinda jadinya gitu ", ini kata nenek depan rumahku yang memiliki bau ketiak wangi semerbak bagai parfum mahal aroma kamboja. Kamboja Busuk. " Sudahlah saat ini beliau sudah tua, tidak baik membicarakannya", gumamku hari ini saat mengingat aroma ketiaknya.

Aku tidak memusingkan perkataan mereka, hanya saja aku sedih tapi tidak sampai menangis seperti ' Engkau yang sedang patah hati ' eh jadinya nyanyi . Pokoknya aku sedih aja gak lebih , layaknya waktu ibu memukuliku dengan ranting pohon cermai. Sudah biasa. Cuman sakit.

******

Malam adalah waktu yang aku tunggu-tunggu. Pada waktu seperti inilah setelah pulang dari les aku meminta bapak untuk mengantarku buang air besar di sungai dekat rumahku, maklum aku bukan dari orang yang mampu. Sederhana saja. Bapaku bekerja di tempat penggilingan padi " selep " penyebutan di kampungku. Ibuku adalah pembantu rumah tangga. Aku bersyukur masih memiliki orang tua lengkap dan bangga dengan pekerjaan mereka.

Memandang langit dengan taburan bintang penghias malam adalah favoritku saat buang air besar seperti ini, sebenarnya aku tidak buang air besar hanya saja aku suka sekali main air sambil melihat bintang sangat seru dan mungkin aneh untuk yang tidak pernah mengalaminya. Tapi aku menyukainya.

 " Ya allah aku ingin membangun rumah memakai bata,beli kulkas, beli sepeda motor  ", doaku sambil mendongak ke atas langit menatap bintang.

Selalu seperti itu diriku. Setelah puas aku mengajak bapak pulang kerumah dan tidur. 

****

Di dalam kamar aku melihat ibu dan bapak sudah terlelap, aku bangun dan mendekap boneka buayaku. " Aku ingin menjadi manager", gumamku kecil. 

Tadi sore sebelum berangkat les aku melihat sinetron di tv, ada seorang yang duduk tenang di sebuah kantor memakai kemeja rapi, dia telah menginspirasi gadis berusia 8 tahun ini. Selama ini memang apa yang aku impikan terinspirasi dari televisi. Aku begitu keras belajar untuk mengejar cita-citaku itu hingga usiaku menginjak 15 tahun. 

"  Seorang anak yang memiliki tekanan atau trauma bisa saja mengalami.....", suara siaran tv membuatku mendekat dan meninggalkan pekerjaan rumahku. Aku fokus mendengar seorang psikolog menjelaskan kondisi psikis seorang bocah yang mengalami trauma. 

Sejak hari itu aku merasa telah menemukan apa yang aku cari selama ini . Aku ingin menjadi seorang manajer namun itu sama sekali bukan skillku, aku mencari apa yang cocok tapi belum ada sama sekali. Dari tayangan Metro Tv tersebut membuatku bisa menemukan apa yang kucari .

 Aku mencari informasi psikologi dan aku semakin tertarik. Aku mencoba menggali semua yang berhubungan dengan kejiwaan. Aku sangat suka ini. Rasa beban dalam pikiran mengenai apa yang selama ini aku impikan seolah telah aku temukan.

Aku ingin menjadi psikiater. Bekerja di rumah sakit jiwa maupun di pusat rehabilitasi NAPZA aku ingin menjadi apapun itu yang berhubungan dengan kejiwaan. 

Aku memiliki kisah yang tidak cukup baik di sekolah karena aku adalah korban bullying. Ini yang membuatku semakin bertekad untuk menjadi seorang psikiater suatu hari nanti. Aku berjanji pada diriku agar tidak ada lagi anak malang sepertiku.

Aku memiliki kulit sawo matang dan wajah penuh jerawat , minyak, komedo membuatku tampak buruk rupa. Di sekolah aku dipanggil " Avatar / Mu'en / Tokek belang dan masih banyak lagi panggilan dari teman lelaki di sekolahku SD Maupun SMP. Padahal namaku adalah Arinda namun memanggilku seperti itu.

Sebenarnya cukup menyakiti hati.Namun aku tidak peduli karena saat itu fokusku adalah belajar bukan cari pacar ataupun pujian. Aku tidak mau menyia - nyiakan sekolahku yang dibiayai oleh kakak dari bapakku. 

Sejak aku menginjak kelas empat SD aku memutuskan untuk pindah ke rumah budhe agar bisa sekolah. Karena waktu itu ibu mengandung adikku,  dan setiap malam selalu bertengkar dengan bapak yang sudah tidak lagi bekerja.

Bapak tidak mau berusaha mencari pekerjaan setiap harinya membuat layangan yang tidak untuk dijual tapi dimainkan sendiri. Meskipun aku masih kecil aku pun merasakan jengkelnya ibu pada bapak. 

Beruntung. Kata itu adalah gambaran tepat untuk nasibku. Aku sangat beruntung masih bisa bersekolah meski bukan dari biaya orang tua. Masih bisa makan layak dan tidur yang nyenyak. Aku bersyukur hingga hari ini aku masih bisa mengejar impianku. Menjadi seorang psikiater. Bekerja dengan kuliah adalah pilihan saat ini. Dan terus panjatkan doa pada sang pencipta agar kebaikan terus menyelimuti.

Jangan pernah berhenti bermimpi untuk menjadi orang yang sukses. Semua orang berhak menjadi orang yang sukses . Ingin sukses ? Lupakan alasan. Ingin alasan ? Lupakan sukses. Ini adalah kalimat motivasi yang menjadi favoritku sampai saat ini.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

JANGAN BERHENTI BERMIMPI

        JANGAN BERHENTI BERMIMPI Semua orang memiliki impian tapi tidak semua orang dapat menjadikannya kenyataan. Ada yang memiliki banyak ...